ZonaOrganik.Com - Cara Lengkap Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman Budidaya - Tujuan kita menanam atau melakukan budidaya tanaman adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu kita harus menempuh beberapa cara dan tahapan. Salah satunya adalah tahapan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Sekarang ini pemerintah sedang menggalakan pertanian secara terpadu dari proses awal hingga pasca panen, termasuk di dalamnya adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman budidaya.
Terdapat 5 cara untuk mengedalikan hama dan penyakit tanaman budidaya, yaitu fisik dan mekanik, penggunaan varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit, cara bercocok tanam, biologi, dan kimia.
Berikut ini penjelasannya satu persatu:
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Fisik dan Mekanik
Pengendalian hama atau penyakit dengan cara ini biasanya dilakukan pada usaha pertanian dalam skala kecil atau dalam rumah kawat atau rumah kaca. Pengendalian hama atau penyakit dengan fisik adalah penggunaan panas dan pengaliran udara. Sedangkan mekanik adalah usaha pengendalian dengan cara mencari jasad perusak tanaman, kemudian memusnahkannya. Cara ini dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat berupa perangkap.
Terkadang cara ini lebih efektif untuk menekan populasi hama dan tentu saja dengan memperhatikan waktu dan tempat yang tepat. Misalnya untuk mengendalikan hama ulat jengkal yang aktivitas hidupnya pada siang hari hal ini akan efektif tetapi akan terasa berbeda apabila mengendalikan hama ulat grayak atau ulat tanah secara fisik pada siang hari karena ulat grayak atau ulat tanah tidak akan ditemukan pada siang hari, demikian juga untuk hama-hama yang lain. Juga perhatikan siklus dari serangga hama maksudnya apabila anda ingin mengendalikan hama ulat tetapi saat ini siklusnya untuk daerah tersebut sudah menjadi kupu-kupu atau ngengat, maka jangan berharap anda bisa menemukan ulat yang anda maksud. Untuk itu kenali dahulu karakteristik dan sifat dan siklus ddari serangga hama yang akan kita kendalikan secara fisik.
Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Penggunaan Varietas Tahan
Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Telah banyak varietas-varietas padi yang dilepas oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian dan lembaga riset dalam dan luar negeri yang tahan terhadap hama dan penyakit utama tanaman.
Penggunaan varietas tahan telah terbukti dapat mengurangi kehilangan hasil, namun penggunaan varietas tahan yang memiliki gen ketahanan yang tunggal akan memacu timbulnya biotipe dan strain atau ras-ras baru yang akan lebih berbahaya. Untuk itu dianjurkan melakukan pergiliran varietas atau melakukan penanaman varietas padi yang memiliki berbagai tingkat ketahanan. Tindakan ini telah berhasil dalam menekan perkembangan penyakit blas dan tungro di Sulawesi Selatan. Karena pencapuran menanam padi yang memiliki keragaman tingkat ketahanan ini merupakan tindakan untuk meningkatkan diversifikasi lingkungan yang dapat menekan laju perkembangan populasi hama atau patogen.
Pada tingkat ini adalah peran dari para peneliti pertanian. Bagaimana mereka dapat menciptakan varietas tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit dan tentu saja dengan hasil yang lebih baik dari varietas sebelumnya. Sedangkan peran petani adalah dengan menanam jenis / varietas yang telah lolos uji dan terbukti menguntungkan bagi petani.
Pengendalian Hama dan Penyakit melalui Sistem Bercocok Tanam yang Benar
Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan pola tanam, dan pemupukkan.
Berikut ini 6 hal yang harus diperhatikan dalam sistem bercocok tanam yang benar:
1. Tanam Serempak
Dilahan irigasi dengan penanaman serempak, hama lebih menonjol dari pada penyakit. Berdasarkan luas serangannya, hama yang dominan merusak tanaman padi adalah tikus, wereng coklat, dan penggerek batang . Adakalanya keong mas, ganjur, lembing batu, ulat grayak, walang sangit, dan penyakit hawar daun bakteri juga dapat berkembang secara sporadis di lokasi tertentu. Sedangkan tanam tidak serempak dalam satu hamparan terjadi karena latar belakang teknis dan sosial. Pada pola tanam tidak serempak, penyakit tungro selain hama tikus sering menyebabkan instabilitas hasil. Namun demikian, resiko rendahnya hasil akibat serangan hama dan penyakit dapat dihindari dengan pola tanam serempak.
Pada saat ini petani dalam bercocok tanam agak berbeda dari beberapa tahun yang lalu, kalau dahulu para petani (petani budidaya padi ) melakukan penanaman serentak dalam satu daerah tertentu selah olah ada yang memberi komando, sedangkan pada akhir-akhir ini petani cenderung sendiri-sendiri dalam melakukan pola bercocok tanamnya. Menurut pengamatan penulis banyak ditemukan tanaman padi yang berbeda jauh waktu penanamannya terbukti pada satu hamparan persawahan yang bersebelahan, lahan satu sudah siap panen sedangkan lahan disebelahnya tanaman padinya dalam proses bunting susu. Hal ini menyebabkan populasi hama atau penyakit di daerah tersebut selalu ada / tidak terputus siklusnya. Jika hal ini terus berlanjut maka keberadaan hama atau penyakit dihamparan tersebut akan selalu ada.
2. Pengolahan Tanah
Secara umum untuk melakukan penanaman padi, tanah diolah secara sempurna, sampai pelumpuran, sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh sempurna. Tetapi dibeberapa daerah, petani mengolah tanah tidak sempurna sehingga timbul berbagai masalah. Dari beberapa laporan, bahwa tanaman padi yang ditanam pada tanah yang tidak mendapat pengolahan sempurna terjadi peningkatan intesitas penyakit mentek yang disebabkan oleh nematoda Radophollus oryzae.
Hama tanaman padi seperti kepinding tanah, wereng coklat dan penggerek batang akan meningkat populasinya, jika tunggul tanaman padi tidak segera dibongkar dan tanah tidak diolah dengan sempurna. Hasil penelitianmemperlihatkan bahwa perilaku hama penggerek batang padi punggung putih pada saat panen berada diposisi 10 cm dari permukaan tanah. Karena itu, dianjurkan pemanenan dengan sabit dan memotong batang padi kurang dari 10 cm dari permukaan tanah dan tanah segera diolah atau digenangi air. Jarak tanam. Pengaturan jarak tanam sebagai salah satu komponen pengendalian merupakan merobahan iklim mikro (iklim sekitar tanaman) sedemikian rupa, sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan hama atau patogen (penyebab penyakit). Hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat terhadap penerapan sistem tanam legowo 4:1 pada padi sawah dapat mengurangi serangan hama tikus.
Demikian juga terhadap intensitas penyakit blas, bercak daun coklat, busuk batang dan hawar daun bakteri dan beberapa penyakit yang disebabkan jamur akan berkurang pada pertanaman padi berjarak tanam longgar dan meningkat serangannya pada jarak tanam rapat, apalagi di musim hujan. Karena jarak tanam yang rapat akan meningkatkan kelembaban udara di sekitar tanaman yang akan menguntungkan bagi kehidupan jamur dan bakteri.
3. Waktu Tanam
Iklim berpengaruh terhadap kehidupan jasad pengganggu tanaman, untuk menghindari kerusakan pada tanaman yang diakibatkan oleh jasad pengganggu tersebut perlu menentukan waktu tanam yang tepat. Dari pengamatan pertanaman padi gogo di daerah transmigrasi Sitiung terlihat bahwa infeksi blas meningkat pada pertanaman yang ditanam pada bulan Agustus dan September, sedangkan penanaman di luar bulan-bulan tersebut infeksi blas terlihat rendah bahkan dapat terhindar dari infeksi blas. Karena pada bulan-bulan tersebut terjadi musim hujan yang hampir merata setiap hari dengan curah hujan rendah sampai sedang. Keadaan yang seperti ini telah terbukti bahwa spora jamur penyebab blas (Pyricularia oryxae) banyak dilepaskan ke udara, dan spora-spora ini akan menginfeksi tanaman padi sehingga menimbulkan kerusakan tanaman.
Dari hasil penelitian penyakit tungro di Sulawesi Selatan menyatakan bahwa varietas padi Cisadane yang rentan terhadap wereng hijau dan penyakit tungro, ternyata terhindar dari serangan tungro dan wereng hijau, jika ditanam pada akhir Desember atau awal Januari. Hal ini disebabkan populasi wereng hijau yang infektif sangat rendah sampai akhir fase rentan varietas Cisadane.
Demikian juga terjadi pada tanaman kacang panjang/tanaman buncis. Populasi hama Apis/kutu apis akan berkurang pada musim hujan dan akan meningkat pada musim kemarau. Hal serupa juga terjadi pada hama kubis Plutella xytostella.
Penyakit bercak coklat sempit yang disebabkan oleh jamur Cercospora janseana pada musim kemarau memperlihatkan gejala serangan yang meningkat . Untuk itu hindari menanam varietas rentan pada musim kemarau.
4. Pengaturan Pengairan
Air merupakan kebutuhan utama pada tanaman padi pada fase pertumbuhan (Vegetatif), tetapi kebutuhan air ini perlu pengaturan supaya tanaman terhindar dari kerusakan oleh jasad pengganggu. Serangan keong mas akan meningkat pada tanaman padi yang berumur kurang dari satu bulan di lapangan, jika digenangi dengan air. Untuk mencegah kerusakan oleh keong mas, maka tanaman padi yang baru dipindahkan dari persemaian sampai bunting diairi secukupnya. Sedangkan untuk menghindari serangan penggerek batang, kepinding tanah, wereng coklat dan tikus perlu menggenangi lahan.
5. Pengaturan Pola Tanam
Menanaman tanaman padi terus menerus, apalagi dengan menanam tanaman yang memiliki tingkat ketahanan sama dengan tanaman sebelumnya, akan memberi peluang untuk meningkatnya populasi jasad perusak tanaman. Karena keadaan ini merupakan lingkungan yang sesuai dan tersedianya sumber makanan sepanjang musim bagi hama atau patogen. Untuk itu perlu pengaturan pola tanam berupa pergiliran tanaman padi dengan tanaman palawija atau sayur-sayuran. Pergiliran tanaman dapat juga dilakukan dengan melakukan pergiliran tingkat ketahanan tanaman padi. Pola tanam tumpang sari dalam areal penanaman padi dengan tanaman lain bukan padi dapat pula dilakukan untuk meningkatkan keragaman ekologi. Keadaan ini memungkinkan untuk berkembangnya predator dari hama tanaman padi pada tanaman bukan padi.
6. Pemupukan
Untuk meningkatkan hasil, petani cenderung melakukan pemupukan yang berlebihan, tindakan ini tidak saja merupakan pemborosan, tetapi juga memberi peluang tanaman padi terinfeksi patogen atau dirusak hama. Pemupukan nitrogen yang berlebihan pada tanaman padi gogo dan padi sawah mengakibatkan tanaman rentan terhadap infeksi penyakit blas dan bercak daun coklat Meningkatnya populasi hama penggerek batang dan wereng coklat dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Untuk menentukan kebutuhan nitrogen tanaman padi dianjurkan menggunakan bagan warna daun, sehingga pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberian pupuk yang mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama dan patogen
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Biologi
Penggunaan musuh alami serangga hama berupa predator dan parasitoid (parasit serangga hama) telah lama dilakukan, tetapi keberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk pengendalian hama, sedangkan untuk pengendalian penyakit masih belum banyak dilakukan.
Predator serangga hama adalah mahluk hidup yang secara aktif memangsa serangga hama. Pada umumnya ukuran predator lebih besar dari serangga hama. Parasitoid (parasit serangga hama) adalah mahluk hidup/agensia hidup dalam melakukan siklus hidupnya dengan memanfaatkan serangga hama baik secara langsung maupun melalui telur serangga hama (pasitoid telur). Parasitoid biasanya berukuran lebih kecil dari serangga hama walaupun tidak seratus persen. Parasitoid akan masuk kedalam tubuh serangga hama dan berkembang biak didalam tubuh serangga tersebut.
Penggunaan predator berupa laba-laba dan jamur Metarizium untuk pengendalian wereng coklat telah dilaporkan tingkat keberhasilannya, tetapi keberhasilan tersebut masih dalam tingkat penelitian di laboratorium atau dirumah kaca. Sedangkan dilapangan belum mencapai keberhasilan yang optimal, karena berbagai faktor yang menghalangi perkembangan predator dan parasitoid tersebut. Misalnya parasitoid yang berupa mikro organisme sangat rentan terhadap perubahan faktor iklim. Sehingga kehidupannya akan cepat terganggu jika terjadi perubahan suhu atau kelembaban udara. Demikian juga serangga parasitoid yang menempatkan telurnya pada inangnya berupa hama tanaman. Efektivitasnya akan terlihat jika populasi hama tanaman lebih tinggi dari populasi parasitoid, dan pada saat itulah parasitoid akan bekerja menekan perkembangan populasi hama.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara biologi dapat kita lakukan sebagai berikut:
Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana,jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran,tepat jenis dan tepat konsentrasi.Keadaan ini yang sering dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama.Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan patogen perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan.
Jika memang terpaka harus menggunakan cara kimia dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman, maka harus kita perhatikan hal-hal berikut ini, yaitu tips menggunakan dan memilih pestisida kimia dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman:
Secara umum, langkah-langkah PHT yang perlu dilakukan pada musim kemarau dititik beratkan untuk keberhasilan pengendalian hama tikus dengan cara sebagai berikut:
Sekarang ini pemerintah sedang menggalakan pertanian secara terpadu dari proses awal hingga pasca panen, termasuk di dalamnya adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman budidaya.
Terdapat 5 cara untuk mengedalikan hama dan penyakit tanaman budidaya, yaitu fisik dan mekanik, penggunaan varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit, cara bercocok tanam, biologi, dan kimia.
Berikut ini penjelasannya satu persatu:
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Fisik dan Mekanik
Pengendalian hama atau penyakit dengan cara ini biasanya dilakukan pada usaha pertanian dalam skala kecil atau dalam rumah kawat atau rumah kaca. Pengendalian hama atau penyakit dengan fisik adalah penggunaan panas dan pengaliran udara. Sedangkan mekanik adalah usaha pengendalian dengan cara mencari jasad perusak tanaman, kemudian memusnahkannya. Cara ini dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat berupa perangkap.
Terkadang cara ini lebih efektif untuk menekan populasi hama dan tentu saja dengan memperhatikan waktu dan tempat yang tepat. Misalnya untuk mengendalikan hama ulat jengkal yang aktivitas hidupnya pada siang hari hal ini akan efektif tetapi akan terasa berbeda apabila mengendalikan hama ulat grayak atau ulat tanah secara fisik pada siang hari karena ulat grayak atau ulat tanah tidak akan ditemukan pada siang hari, demikian juga untuk hama-hama yang lain. Juga perhatikan siklus dari serangga hama maksudnya apabila anda ingin mengendalikan hama ulat tetapi saat ini siklusnya untuk daerah tersebut sudah menjadi kupu-kupu atau ngengat, maka jangan berharap anda bisa menemukan ulat yang anda maksud. Untuk itu kenali dahulu karakteristik dan sifat dan siklus ddari serangga hama yang akan kita kendalikan secara fisik.
Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Penggunaan Varietas Tahan
Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Telah banyak varietas-varietas padi yang dilepas oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian dan lembaga riset dalam dan luar negeri yang tahan terhadap hama dan penyakit utama tanaman.
Penggunaan varietas tahan telah terbukti dapat mengurangi kehilangan hasil, namun penggunaan varietas tahan yang memiliki gen ketahanan yang tunggal akan memacu timbulnya biotipe dan strain atau ras-ras baru yang akan lebih berbahaya. Untuk itu dianjurkan melakukan pergiliran varietas atau melakukan penanaman varietas padi yang memiliki berbagai tingkat ketahanan. Tindakan ini telah berhasil dalam menekan perkembangan penyakit blas dan tungro di Sulawesi Selatan. Karena pencapuran menanam padi yang memiliki keragaman tingkat ketahanan ini merupakan tindakan untuk meningkatkan diversifikasi lingkungan yang dapat menekan laju perkembangan populasi hama atau patogen.
Pada tingkat ini adalah peran dari para peneliti pertanian. Bagaimana mereka dapat menciptakan varietas tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit dan tentu saja dengan hasil yang lebih baik dari varietas sebelumnya. Sedangkan peran petani adalah dengan menanam jenis / varietas yang telah lolos uji dan terbukti menguntungkan bagi petani.
Pengendalian Hama dan Penyakit melalui Sistem Bercocok Tanam yang Benar
Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan pola tanam, dan pemupukkan.
Berikut ini 6 hal yang harus diperhatikan dalam sistem bercocok tanam yang benar:
1. Tanam Serempak
Dilahan irigasi dengan penanaman serempak, hama lebih menonjol dari pada penyakit. Berdasarkan luas serangannya, hama yang dominan merusak tanaman padi adalah tikus, wereng coklat, dan penggerek batang . Adakalanya keong mas, ganjur, lembing batu, ulat grayak, walang sangit, dan penyakit hawar daun bakteri juga dapat berkembang secara sporadis di lokasi tertentu. Sedangkan tanam tidak serempak dalam satu hamparan terjadi karena latar belakang teknis dan sosial. Pada pola tanam tidak serempak, penyakit tungro selain hama tikus sering menyebabkan instabilitas hasil. Namun demikian, resiko rendahnya hasil akibat serangan hama dan penyakit dapat dihindari dengan pola tanam serempak.
Pada saat ini petani dalam bercocok tanam agak berbeda dari beberapa tahun yang lalu, kalau dahulu para petani (petani budidaya padi ) melakukan penanaman serentak dalam satu daerah tertentu selah olah ada yang memberi komando, sedangkan pada akhir-akhir ini petani cenderung sendiri-sendiri dalam melakukan pola bercocok tanamnya. Menurut pengamatan penulis banyak ditemukan tanaman padi yang berbeda jauh waktu penanamannya terbukti pada satu hamparan persawahan yang bersebelahan, lahan satu sudah siap panen sedangkan lahan disebelahnya tanaman padinya dalam proses bunting susu. Hal ini menyebabkan populasi hama atau penyakit di daerah tersebut selalu ada / tidak terputus siklusnya. Jika hal ini terus berlanjut maka keberadaan hama atau penyakit dihamparan tersebut akan selalu ada.
2. Pengolahan Tanah
Secara umum untuk melakukan penanaman padi, tanah diolah secara sempurna, sampai pelumpuran, sehingga perakaran tanaman dapat tumbuh sempurna. Tetapi dibeberapa daerah, petani mengolah tanah tidak sempurna sehingga timbul berbagai masalah. Dari beberapa laporan, bahwa tanaman padi yang ditanam pada tanah yang tidak mendapat pengolahan sempurna terjadi peningkatan intesitas penyakit mentek yang disebabkan oleh nematoda Radophollus oryzae.
Hama tanaman padi seperti kepinding tanah, wereng coklat dan penggerek batang akan meningkat populasinya, jika tunggul tanaman padi tidak segera dibongkar dan tanah tidak diolah dengan sempurna. Hasil penelitianmemperlihatkan bahwa perilaku hama penggerek batang padi punggung putih pada saat panen berada diposisi 10 cm dari permukaan tanah. Karena itu, dianjurkan pemanenan dengan sabit dan memotong batang padi kurang dari 10 cm dari permukaan tanah dan tanah segera diolah atau digenangi air. Jarak tanam. Pengaturan jarak tanam sebagai salah satu komponen pengendalian merupakan merobahan iklim mikro (iklim sekitar tanaman) sedemikian rupa, sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan hama atau patogen (penyebab penyakit). Hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat terhadap penerapan sistem tanam legowo 4:1 pada padi sawah dapat mengurangi serangan hama tikus.
Demikian juga terhadap intensitas penyakit blas, bercak daun coklat, busuk batang dan hawar daun bakteri dan beberapa penyakit yang disebabkan jamur akan berkurang pada pertanaman padi berjarak tanam longgar dan meningkat serangannya pada jarak tanam rapat, apalagi di musim hujan. Karena jarak tanam yang rapat akan meningkatkan kelembaban udara di sekitar tanaman yang akan menguntungkan bagi kehidupan jamur dan bakteri.
3. Waktu Tanam
Iklim berpengaruh terhadap kehidupan jasad pengganggu tanaman, untuk menghindari kerusakan pada tanaman yang diakibatkan oleh jasad pengganggu tersebut perlu menentukan waktu tanam yang tepat. Dari pengamatan pertanaman padi gogo di daerah transmigrasi Sitiung terlihat bahwa infeksi blas meningkat pada pertanaman yang ditanam pada bulan Agustus dan September, sedangkan penanaman di luar bulan-bulan tersebut infeksi blas terlihat rendah bahkan dapat terhindar dari infeksi blas. Karena pada bulan-bulan tersebut terjadi musim hujan yang hampir merata setiap hari dengan curah hujan rendah sampai sedang. Keadaan yang seperti ini telah terbukti bahwa spora jamur penyebab blas (Pyricularia oryxae) banyak dilepaskan ke udara, dan spora-spora ini akan menginfeksi tanaman padi sehingga menimbulkan kerusakan tanaman.
Dari hasil penelitian penyakit tungro di Sulawesi Selatan menyatakan bahwa varietas padi Cisadane yang rentan terhadap wereng hijau dan penyakit tungro, ternyata terhindar dari serangan tungro dan wereng hijau, jika ditanam pada akhir Desember atau awal Januari. Hal ini disebabkan populasi wereng hijau yang infektif sangat rendah sampai akhir fase rentan varietas Cisadane.
Demikian juga terjadi pada tanaman kacang panjang/tanaman buncis. Populasi hama Apis/kutu apis akan berkurang pada musim hujan dan akan meningkat pada musim kemarau. Hal serupa juga terjadi pada hama kubis Plutella xytostella.
Penyakit bercak coklat sempit yang disebabkan oleh jamur Cercospora janseana pada musim kemarau memperlihatkan gejala serangan yang meningkat . Untuk itu hindari menanam varietas rentan pada musim kemarau.
4. Pengaturan Pengairan
Air merupakan kebutuhan utama pada tanaman padi pada fase pertumbuhan (Vegetatif), tetapi kebutuhan air ini perlu pengaturan supaya tanaman terhindar dari kerusakan oleh jasad pengganggu. Serangan keong mas akan meningkat pada tanaman padi yang berumur kurang dari satu bulan di lapangan, jika digenangi dengan air. Untuk mencegah kerusakan oleh keong mas, maka tanaman padi yang baru dipindahkan dari persemaian sampai bunting diairi secukupnya. Sedangkan untuk menghindari serangan penggerek batang, kepinding tanah, wereng coklat dan tikus perlu menggenangi lahan.
5. Pengaturan Pola Tanam
Menanaman tanaman padi terus menerus, apalagi dengan menanam tanaman yang memiliki tingkat ketahanan sama dengan tanaman sebelumnya, akan memberi peluang untuk meningkatnya populasi jasad perusak tanaman. Karena keadaan ini merupakan lingkungan yang sesuai dan tersedianya sumber makanan sepanjang musim bagi hama atau patogen. Untuk itu perlu pengaturan pola tanam berupa pergiliran tanaman padi dengan tanaman palawija atau sayur-sayuran. Pergiliran tanaman dapat juga dilakukan dengan melakukan pergiliran tingkat ketahanan tanaman padi. Pola tanam tumpang sari dalam areal penanaman padi dengan tanaman lain bukan padi dapat pula dilakukan untuk meningkatkan keragaman ekologi. Keadaan ini memungkinkan untuk berkembangnya predator dari hama tanaman padi pada tanaman bukan padi.
6. Pemupukan
Untuk meningkatkan hasil, petani cenderung melakukan pemupukan yang berlebihan, tindakan ini tidak saja merupakan pemborosan, tetapi juga memberi peluang tanaman padi terinfeksi patogen atau dirusak hama. Pemupukan nitrogen yang berlebihan pada tanaman padi gogo dan padi sawah mengakibatkan tanaman rentan terhadap infeksi penyakit blas dan bercak daun coklat Meningkatnya populasi hama penggerek batang dan wereng coklat dilaporkan ada hubungannya dengan tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Untuk menentukan kebutuhan nitrogen tanaman padi dianjurkan menggunakan bagan warna daun, sehingga pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberian pupuk yang mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama dan patogen
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman secara Biologi
Penggunaan musuh alami serangga hama berupa predator dan parasitoid (parasit serangga hama) telah lama dilakukan, tetapi keberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk pengendalian hama, sedangkan untuk pengendalian penyakit masih belum banyak dilakukan.
Predator serangga hama adalah mahluk hidup yang secara aktif memangsa serangga hama. Pada umumnya ukuran predator lebih besar dari serangga hama. Parasitoid (parasit serangga hama) adalah mahluk hidup/agensia hidup dalam melakukan siklus hidupnya dengan memanfaatkan serangga hama baik secara langsung maupun melalui telur serangga hama (pasitoid telur). Parasitoid biasanya berukuran lebih kecil dari serangga hama walaupun tidak seratus persen. Parasitoid akan masuk kedalam tubuh serangga hama dan berkembang biak didalam tubuh serangga tersebut.
Penggunaan predator berupa laba-laba dan jamur Metarizium untuk pengendalian wereng coklat telah dilaporkan tingkat keberhasilannya, tetapi keberhasilan tersebut masih dalam tingkat penelitian di laboratorium atau dirumah kaca. Sedangkan dilapangan belum mencapai keberhasilan yang optimal, karena berbagai faktor yang menghalangi perkembangan predator dan parasitoid tersebut. Misalnya parasitoid yang berupa mikro organisme sangat rentan terhadap perubahan faktor iklim. Sehingga kehidupannya akan cepat terganggu jika terjadi perubahan suhu atau kelembaban udara. Demikian juga serangga parasitoid yang menempatkan telurnya pada inangnya berupa hama tanaman. Efektivitasnya akan terlihat jika populasi hama tanaman lebih tinggi dari populasi parasitoid, dan pada saat itulah parasitoid akan bekerja menekan perkembangan populasi hama.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara biologi dapat kita lakukan sebagai berikut:
- Menciptakan iklim micro yang lebih mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari musuh alami hama dilahan pertaniannya.
- Menanam tanaman dengan varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit.
- Melakukan pola bercocok tanam yang menguntungkan bagi musuh alami misalnya dengan tumpang sari,atau melakukan bera terhadap tanah garapan dan cara- cara yang lain.
- Melakukan pengendalian hama secara fisik terlebih dahulu sebelum memutuskan menggunakan pestisida.
- Pilih Pestisida alami/Pestisida Nabati terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menggunakan pestisida kimia,karena pestisida alami/Pestisida nabati biasanya lebih ramah terhadap musuh alami hama, dan mematikan terhadap hamanya.
- Apabila melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida maka pilihlah pestisida yang selektif hanya membunuh serangga hamanya saja,dan dampak pestisida tersebut berdapak negatif sedikit pada musuh alami serangga hama.
- Mengembangbiakkan musuh alami hama. Cara ini membutuhkan ketrampilan dan keahlian khusus,karena berdasarkan pengalaman kami, musuh alami hama akan berkembang di alam tetapi pada saat dibiakkan secara invitro maupun invivo dalam rumah kaca akan mengalami kesulitan- kesulitan.
Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana,jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran,tepat jenis dan tepat konsentrasi.Keadaan ini yang sering dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama.Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan patogen perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan.
Jika memang terpaka harus menggunakan cara kimia dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman, maka harus kita perhatikan hal-hal berikut ini, yaitu tips menggunakan dan memilih pestisida kimia dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman:
- Kenali dulu Gejala pada tanaman hal ini sangat penting untuk menentukan penyebab kerusakan pada tanaman. Apakah kerusakan pada tanaman disebabkan oleh hama atau gejala yang timbul adalah penyakit.Apabila serangga hama maka semprot dengan Insektisida tetapi kalau gejala adalah penyakit maka perlu pengamatan lebih lanjut penyebabnya. Apa karena jamur atau bakteri atau karena micro organisme; Apabila kerusakan karena jamur maka gunakan Fungisida dan apabila kerusakan kerena bekteri maka gunakan bakterisida demikian juga seterusnya.
- Dalam memilih pestisida tanyakan kepada pelayan toko mengenai tipe dari pestisida tersebut, apakah merupakan racun kontak, racun pernafasan, racun lambung, atau racun yang bersifat sistemik.
- Apabila populasi hama dapat dilihat secara fisik/keberadaan hama ada di tanaman maka pilih pestisida yang bersifat racun kontak atau racun pernafasan karena racun ini akan segera membutuh hama apabila bahan aktif pestisida bersangkutan terkena secara fisik pada bagian tubuh hama. Tipe Pestisida racun kontak dan racun pernafasan akan efektif apabila bahan aktif terkena/terhirup oleh serangga hama.
- Apabila hama tanaman tidak tampak secara fisik/sedang sembunyi/aktifnya pada malam hari dan tidak memungkinkan bagi petani melakukan penyemprotan pada malam hari maka lihatlah gejala yang tampak apakah bagian tanaman terlihat rusak secara fisik seperti adanya gigitan serangga hama atau tidak. hal ini untuk mengetahui tipe alat mulut dari serangga hama perusak tanaman. Apabila serangga hama memiliki tipe alat mulut menggit dan mengunyah maka pilih Pestisida dengan tipe racun lambung. Dan apabila serangga hama memiliki alat mulut yang bertipe mencucuk dan menghisap seperti golongan kutu- wereng- walang sangit- apis dll maka gunakanlah Pestisida dengan tipe racun Sistemik. karena bahan aktif akan masuk kedalam jaringan tanaman sehingga apabila serangga yang bersangkutan menghisap cairan tanaman maka bahan aktif akan juga terhidap oleh serangga hama dan serangga hama bersangkutan akan mati karena bahan aktif tersebut.
Secara umum, langkah-langkah PHT yang perlu dilakukan pada musim kemarau dititik beratkan untuk keberhasilan pengendalian hama tikus dengan cara sebagai berikut:
- Tanam serempak pada hamparan minimal 40 hektar.
- Pemberdayaan kelompok tani, minimal kelompok tani sehamparan untuk menerapkan paket PHT pengendalian tikus, dimulai dari saat pratanam sampai fase primordia.
- Persiapan lahan dan bahan untuk pengendalian tikus dengan sistem perangkap bubu (SPB) atau perangkap bubu linier (SPBL).
- Meningkatkan koordinasi antar petani dan aparat terkait agar pengendalian tikus dapat terlaksana dengan baik.
- Tidak melakukan penanaman di luar jadwal.
- Penggunaan varietas tahan sesuai dengan biotipe/ras patogen.
- Memantau perkembangan terutama hama wereng coklat, penggerek batang, penyakit tungro, dan penyakit hawar daun bakteri.
- Apabila perkembangan hama dan penyakit telah melebihi ambang kendali perlu dilakukan pengendalian dengan pestisida yang tepat.
Demikian Cara Lengkap Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman Budidaya, semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment